Tradisi Lisan Perekat Kerukunan di Indonesia
  • 22 Oktober 2019
  • 513x Dilihat
  • Berita

Tradisi Lisan Perekat Kerukunan di Indonesia

BLAJ - Tradisi lisan di Indonesia yang menjadi bagian dari kearifan lokal mempunyai korelasi dengan kerukunan dalam berbangsa. Tradisi itu terbukti mengandung nilai-nilai luhur yang dapat menjadi perekat kerukunan masyarakat di Indonesia. Hal itu disampaikan Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO), Muhammad Zain saat seminar hasil penelitian Nilai-nilai Pendidikan Dalam Tradisi Lisan di Indonesia Barat. Seminar yang diselenggarakan Balai Litbang Agama Jakarta itu berlangsung di Tangerang, Selasa (22/10).

Menurut Zain, saat ini Indonesia sedang mengalami rendah literasi, selain itu ada gerakan radikalisme di Indonesia. Beberapa waktu lalu ada sekelompok orang yang membenturkan antara agama dengan budaya, padahal keduanya berbeda. "Budaya pada saat tertentu bisa dipahami sebagai bagian dari tafsir agama, jadi jangan dibentur-benturkan," kata Zain.

Ia menjelaskan, masyarakat harus mengetahui kalau Indonesia kaya akan tradisi lisan. Tradisi yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan menjadi bagian dari kearifan lokal. Berdasarkan hasil penelitian terhadap tradisi lisan di Indonesia, diketahui bahwa sejak dulu suku-suku bangsa di Indonesia hidup dengan sangat agamis dan rukun.

Kepala Balai Litbang Agama Jakarta, Nurudin menyampaikan, penelitian terhadap tradisi lisan dilakukan sebagai upaya untuk penguatan literasi budaya dan agama. Karena yang dikaji adalah tradisi lisan yang mengandung nilai-nilai luhur agama. Seperti kejujuran, integritas, kehidupan yang harmonis antara manusia, Tuhan dan alam.

"Masyarakat Indonesia memiliki kekhasan dalam beragama yang terkait dengan kebudayaannya, dan salah satu wujudnya adalah tradisi lisan. Tradisi lisan itu diwariskan secara turun-temurun menjadikan pesan keagamaan dan kerukunan yang lebih mudah disampaikan dan diterima," jelasnya.

Ketua Tim Peneliti Nilai-nilai Pendidikan Agama Dalam Tradisi Lisan di Balai Litbang Agama Jakarta, Mahmudah Nur menambahkan, ada banyak nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi lisan. Tradisi lisan juga menjadi salah satu media pendidikan karakter pada anak.

"Masyarakat zaman dulu mendidik anak-anak mereka dengan tanpa menggurui, karena mereka mendidik melalui cerita-cerita rakyat yang mengandung nilai-nilai moral, pendidikan agama dan nilai-nilai lainnya," ujarnya.

Ia menjelaskan, masyarakat zaman dulu mendidik anak-anaknya supaya menjadi manusia yang baik melalui cerita-cerita rakyat yang disampaikan secara lisan. Pihaknya ingin mengambil nilai-nilai pendidikan agama dalam tradisi lisan tersebut. Supaya nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya bisa tersampaikan dan memberikan pelajaran ke anak-anak di zaman sekarang.