Perlu Ada Kontruksi Pendidikan Agama Yang Cocok Bagi Masyarakat Adat
  • 2 Agustus 2020
  • 791x Dilihat
  • Berita

Perlu Ada Kontruksi Pendidikan Agama Yang Cocok Bagi Masyarakat Adat

BLAJ-Perlu ada kontruksi pendidikan agama yang cocok bagi masyarakat adat di tengah-tengah intervensi masuknya modernisme. Hal ini dikatakan Direktur PD. Pontren Kementerian Agama Waryono secara daring dalam kegiatan Seminar Hasil Penelitian, Pendidikan Agama dan Keagamaan Pada Masyarakat Khusus, di Hotel Aston Bekasi, Kamis (29/07) lalu.

“Pendidikan agama seperti apa yang diperlukan atau yang relevan dengan masyarakat adat di tengah-tengah intervensi masuknya modernisme. Sehingga adat tetep digunakan oleh masyarakat adat, tapi disisi lain mereka juga bisa melakukan inovasi tanpa mengkesamping kebiasaan yang sudah ada sejak nenek moyang mereka,” jelas Waryono.

Waryono juga menambahkan agar nantinya penelitian ini bisa memahami kenapa masyarakat adat bisa bertahan dengan kearifan lokalnya sehingga memiliki daya tahan yang luar biasa terhadap pengaruh budaya luar. 

Kegiatan yang diinisasi Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) merupakan bagian desiminasi hasil penelitian yang dilakukan peneliti BLAJ pada awal Februari 2020. Lokasi penelitian di dua provinsi. Banten dan Jawab Barat. Banten tiga lokasi(Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Guradog dan Kasepuhan Citorek di Kabupaten Lebak Banten) dan Jawa Barat empat lokasi (Kasepuhan Cipta Gelar Sukabumi, Masyarakat Adat Kampung Urug Bogor, Masyarakat Adat Kampung Pulo & Dukuh di Garut dan Kampung Adat Cikondang di Bandung).  
 
Menanggapi hasil penelitian yang dilakukan BLAJ, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Turmudi yang juga menjadi narasumber dikegiatan ini mengatakan secara umum hasil penelitian tentang pendidikan agama bagi masyarakat khusus sudah baik, karena berhasil menggambarkan bagaimana pendidikan agama di masyarakat adat. Namun menurutnya akan lebih bagus lagi bila penelitian ini fokus pada masalah pendidikan.  

“Kalo penelitian ini hanya untuk sekedar mengetahui, menurut saya kurang strategik. Mestinya penelitian ini diarahkan untuk melihat masalah di masyarakat, terutama di masyarakat khusus. Misalnya masalah berkaitan dengan capaain yang berhubungan dengan kognitif kependidikanan Islam. Atau mungkin yang menjadi masalah kenapa pendidikan agama cukup kuat,  tetapi banyak masyarakat yang melanggar norma-norma agama. Jadi fokus penelitian pada subject yang benar-benar bermasalah. Kalau ini dilakukan menurut saya hasilnya akan menarik dan sangat berguna,” ujar Endang Turmudi yang menjadi narasumber secara online melalui aplikasi ZOOM. 
 
Seminar Hasil Penelitian yang dilaksanakan selama dua hari ini lakukan secara daring dan luring. Sebagai narasumber kegiatan ini adalah Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Rusmin Tumanggor, Badan Perencanaan Pembanganunan Nasional (BAPPENAS) Amich Al Humami, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Erasmus Cahya, Direktur PD. Pontren Kementerian Agama Waryono, Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Endang Turmudi.

Peserta daring yang mengikuti kegiatan ini via aplikasi ZOOM sekitar 80 peserta. KasubbagTU BLAJ, Hery Susanto, menjelaskan tetap mengundang peserta luar dalam seminar hasil ini. Bedanya, kalau biasanya diundang untuk bisa menghadiri seminar hasil dengan tatap muka, kalau sekarang diundang untuk menghadiri seminar hasil secara online.  

“Kegiatan dengan dua cara (daring dan luring) tentu ada nilai kebaikannya. Yang pertama mengikuti protokol kesehatan, untuk menghidari terjadinya kerumunan orang. Yang kedua, bagi satker yang alokasi anggarannya terbatas, seminar online bisa menjadi altinative kegiatan yang sesuai. Karena tidak perlu mengundang peserta atau narasumber dari luar kota, namun dengan daring atau online hasil kegiatan bisa terjangkau luas,” ujar Hery saat menutup kegiatan seminar ini.   

Teks: Aris W Nurharjo/Foto: Aji