Pentingnya Pendidikan Agama Pada Komunitas Generasi Milenial
  • 13 Oktober 2020
  • 3290x Dilihat
  • Berita

Pentingnya Pendidikan Agama Pada Komunitas Generasi Milenial

BLAJ-Tugas pendidikan keagamaan adalah mengawal umat manusia dalam proses perubahan hidupnya dari satu tahap ke tahap lainnya dengan seimbang, serta meluruskan mereka yang masih berada pada tahap sebelumnya yaitu dengan landasan ketuhanan, akhlak mulia dan keseimbangan.

Berkaitan dengan itu, pada Sabtu (09/10) Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ), melakukan kegiatan seminar hasil penelitian “Pendidikan Keagamaan Pada Komunitas Milenial” di Tangerang Selatan. Menurut Kepala Balai Litbang Agama Jakarta Nurudin, kegiatan seminar ini merupakan salah satu bukti pertanggungjawaban ilmiah hasil penelitian kepada publik.

“Tema Pendidikan Keagamaan Pada Komunitas Milenial ini penting, karena berdasarkan hasil penelitian beberapa lembaga riset seperti PPIM, CSRC dan hasil survey Indonesia Moslem 2019 ditemukan maraknya generasi milenial yang perilaku keberagamaannya sangat konservatif dengan coraknya yang komunal, skriptural, dan puritan, bahkan tidak sedikit yang sudah terpapar faham ektrimis,” ujar Nurudin dalam sambutan pembukaannya.

Nurudin juga menjelaskan tujuan kegiatan ini adalah memperoleh berbagai masukan dan saran dari narasumber dan peserta untuk kesempurnaan Laporan hasil Penelitian yang telah disusun oleh  masing-masing Peneliti.

Dai kondang asal Yogyakarta, KH Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah yang menjadi narasumber kegiatan ini mengatakan bahwa perkembangan teknologi internet berpengaruh dalam strategi pendidikan keagamaan pada generasi milenial.

“Tantangan jaman semakin berkembang. Apa yang hari ini dialami temen-temen milenial itu tidak pernah dialami anak-anak era sebelumnya. Sementara hari ini metodologi dakwah itu stagnan, maka dibutuhkan inovasi-inovasi dakwah yang bisa diterima oleh semua kalangan, termasuk generasi milenial.  Saya selalu mengatakan orang yang salah memilih pergaulan itu gampang dinasehati dari pada yang salah pengajian.  Maka disitulah kita perlu menghadirkan metodologi  islam yang ramah dan menyenangkan melalui sosial media,” ujar Gus Miftah.

Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta ini menjelaskan sebenarnya tidak ada yang salah dengan pendidikan tradisional, tapi metodenya yang harus menyesuaikan perkembangan jaman.

Hal yang sama dikatakan Founder Teman Hijrah Bogor, Ustadz Hilman Fauzi. Bahwa dakwah pada gerenasi milenial adalah bicara strategi  dakwah agar bisa diterima anak-anak milenial. Dan hikmah  dakwah yang baik adalah memberi informasi apa yang dibutuhkan anak-anak milenial.

“Diakui atau tidak generasi milenial adalah generasi  yang nanti akan menopang bangsa ke depan, jadi maju dan berkembangnya bangsa nantinya tergantung generasi milenial saat ini. Semoga penelitian ini bisa menghasilkan catatan atau solusi bagi pendidikan generasi milenial kedepan,” pesan Ustadz Hilman Fauzi.

Sedangkan Sosiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tantan Hermansah yang juga menjadi narasumber kegiatan ini  mengatakan penelitian ini sangat penting, karena  melihat pendidikan keagamaan  pada sisi yang berbeda.

“Saya mengapresiasi kegiatan penelitian yang dilakukan Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ). Penelitiannya ini bagus dan harus teruskan, karena menurut saya ini “roh” pendidikan keagamaan. Namun, masukan dari saya untuk peneliti pemahaman teoritis dan  penggunaan metodologi harus lebih dikuasai lagi, agar hasil penelitian lebih maksimal. Karena hasil penelitian ini dimasa mendatang sangat berguna,” jelas Tantan Hermansah.

Penelitian Pendidikan Agama Pada Komunitas Generasi Milenial  ini dilakukan di tujuh komunitas di Jawa Barat, Banten, dan Jakarta. Yaitu:  Komunitas Milenial Muslimah Cerdas Multi Talenta Di Sukabumi (Sumarsih Anwar), Komunitas Pangkajian Kota Bekasi(Neneng Habibah), Komunitas Pemuda Hijrah Cirebon (Saimroh), Komunitas Rumah Ta'arufku Di Kota Bogor (Nursalah Siagian), Komunitas Bikers Subuhan  Tasikmalaya (Abdul Basid), Komunitas Shab Al-Qo (Juju Saepudin), Komunitas Laskar Berani Hijrah (Mulyana).  

Teks: Aris W Nuraharjo/ Foto: Eki