Pengumpulan Data Penelitian Kajian Nasionalisme Dalam Teks Keagamaan Di Bandung
BLAJ-Peneliti Bidang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Zulkarnain Yani dibantu staf Tata Usaha BLAJ Nopem Habibi melalukan Pengumpulan Data Penelitian Kajian Nasionalisme Dalam Teks Keagamaan Di Bandung. Pengumpulan data ini dilakukan selama 15 hari (11-25 Februari 2021).
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap persepektif tokoh agama masa lalu tentang nasionalisme, khususnya di Bandung. Juga untuk mengetahui siapa peletak dasar islam dan nasionalisme pertama kali di wilayah Bandung. Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis hubungan dalam struktur muallimin pesantren Persis 99 Rancabango yang berpengaruh terhadap nilai-nilai dalam lingkungan pembelajarannya. Kemudian mendeskripsikan desain pembelajaran sejarah yang memuat materi islam dan nasionalisme. Juga mendeskripsikan persepsi ustadz dan santri tentang nasionalisme. Serta mendeskripsikan implementasi nasionalisme oleh santri dalam budaya pesantren. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, hal ini disebabkan kesepahaman penulis dengan paradigma postpositivisme.
Kepala Kementerian Agama Kota Bandung Tedi Ahmad Junaedi yang ditemui tim peneliti BLAJ di ruang kerjanya menyambut baik penelitian ini. “Saya sangat mendukung penelitian ini karena akan mengeksplor berbagai konsep nasionalisme dalam teks-teks keagamaan para tokoh, ulama yang ada di Kota Bandung berdasarkan pada karya-karya mereka,” jelasnya.
Salah satu tokok Bandung Prof Asep sangat mendukung penelitian ini karena menurutnya selama ini belum diketahui secara detail siapa saja tokoh di kota Bandung yang membahas atau mengungkap tentang nasionalisme dikaitkan dengan agama.
Hal senada juga dikatakan Rois Syuriah PCNU Kota Bandung KH. Maftuh Kholil. Menurutnya, selama ini ulama menyampaikan nasionalisme itu dalam bentuk tindakan dan perbuatan, sehingga sangat sulit ditemukan karya-karya dari para ulama pesantren yang mengangkat persoalan nasionalisme, kebangsaan dan persatuan secara lebih utuh.
Teks/Foto: Nopem Habibi