Moderasi Beragama Adalah Sikap Dalam Memandang Ketuhanan
BLAJ (Bogor) - Moderasi beragama adalah sikap dalam memandang Ketuhanan dan cara umat beragama menjaga Indonesia. Keragaman di bidang apapun pasti akan menimbulkan adanya perbedaan, apalagi yang terkait dengan agama. Itulah mengapa moderasi beragama penting hadir di Indonesia. Hal ini dikatakan Kepala Pusat Litbang Bimbingan Masyarakat Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI Moh. Adlin Sila saat menjadi pembicara dalam kegiatan Seminar Hasil Penelitian Isu-isu Aktual Bimas Agama dan Layanan Keagamaan yang dilakukan Balai Litbang Agama Jakarta di Bogor, Jumat (28/05) lalu.
“Umat beragama zaman orde baru dipaksa untuk rukun. Ini yang kemudian ketika era reformasi ada istilah rukun, toleransi, penguatan wawasan kebangsaan dan moderasi, karena ada semacam trauma di masyarakat seperti masa orde baru. Tugas kita adalah merubah image tersebut. Moderasi beragama merupakan tugas seluruh umat beragama, kita ingin bottom up, yang merupakan hasilnya dibutuhkan oleh kita semua. Suasana aman merupakan kebutuhan kita bersama,” ujar Adlin.
Adlin juga mengatakan moderasi beragama bisa menjadi solusi untuk menciptakan kerukunan, harmoni sosial, sekaligus menjaga kebebasan dalam menjalankan kehidupan beragama, menghargai keragaman tafsir dan perbedaan pandangan, serta tidak terjebak pada intoleransi dan kekerasan atas nama agama. Karena pentingnya moderasi beragama, Presiden RI menetapkan tahun 2022 sebagai tahun toleransi.
Terkait hasil penelitian Penelitian Isu-isu Aktual Bimas Agama dan Layanan Keagamaan yang dilakukan peneliti Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ), Adlin sangat mengapresiasi karena ditengah kondisi pandemi, para peneliti BLAJ bisa menghasilkan penelitian maksilmal. “Kendala penelitian yang dihadapi pada saat pandemi adalah protokol kesehatan. Kondisi pada masa new normal ini, untuk mendapatkan hasil penelitian yang genuie, akan mengalami tantangan lebih besar daripada kondisi normal. Tantangan lain yang dihadapi oleh peneliti adalah hasil yang terkadang tidak bisa menyenangkan untuk beberapa kalangan,” tegasnya.
Hal yang sama dikatakan Kepala Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Nurudin saat membuka kegiatan seminar ini. Menurutnya isu moderasi beragama merupakan isu yang tetap aktual sampai saat ini. Penelitian ini menjadi penting, agar sama-sama peka dan responsif terhadap lingkungan kita.
“Kegiatan seminar merupakan hasil penelitian ini terkait isu-isu aktual. Ada tiga isu yang menjadi fokus penelitian kali ini, yaitu; Isu Radikalisme dan Moderasi Beragama pada FKUB, Radikalisme dan Moderasi Beragama Pada Forum Silaturahmi Pondok Pesantren, serta Radikalisme dan Moderasi di kalangan Penyuluh,” jelas Nurudin.
Nurudin menjelaskan para peneliti sudah menjabarkan dari berbagai faktor yang ada dalam ruang lingkup di hasil penelitian ini. Kegiatan penelitian isu-isu aktual ini juga bertujuan untuk semakin mempertajam kepakaran para peneliti BLAJ.
Dalam pemaparan hasil penelitiannya, Peneliti BLAJ Bidang Kehidupan Keagamaan Novi Dwi Nugroho menyampaikan hasil penelitian Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Ciamis. Penelitian ini membahas bagaimana perspektif atau pemahaman FKUB Kabupaten Ciamis terkait moderasi beragama, strategi yang dilakukan FKUB Kabupaten Ciamis menangkal radikalisme, serta apa faktor pendukung dan penghambat yang dialami FKUB Kabupaten Ciamis dalam menangkal paham radikalisme.
Sedangkan Peneliti BLAJ Ismail menyampaikan hasil penelitian di Banten mengenai Dinamika Forum Silaturrahim Pondok Pesantren Provinsi Banten Serta Pandangannya Tentang Radikalisme dan Moderasi Beragama. “Latar belakang penelitian ini salah satunya dipelopori oleh aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral, Makassar. Pada saat saya turun lapangan, anggota FSPP banyak yang tidak ingin diwawancarai karena sedang panasnya isu dana hibah Pemprov Banten yang bocor. Dan belajar melalui media sosial bisa memicu pemahaman intoleransi,” tutur Ismail saat menceritakan dinamika di lapangan dan hasil penelitiannya.
Rudy Harisyah Alam dalam pemaparan penelitian mengenai Moderasi Beragama serta Pandangan Sosial Keagamaan dari ex Napiter di bawah bimbingan Densus 88 menjelaskan bagaimana penanganan para mantan napiter (narapidana teroris-red) yang sudah keluar dari tahanan. Rudi menjelaskan faktor ekonomi bukan menjadi pemantik seseorang menjadi ekstrimis, namun lebih pada faktor ideologis yang menjadi alasan seseorang menjadi esktrimis.
Pemaparan penelitian Peran Penyuluh Agama Dalam Upaya Pencegahan Dini Konflik Keagamaan Di Kota Bekasi oleh Peneliti BLAJ Marpuah memfokuskan bagaimana pencegahan dini konflik keagaamaan oleh para penyuluh sebagai garda depan moderasi beragama. Pendekatan kultural dan humani dilakukan oleh para penyuluh di Kota Bekasi menjadi pedekatan unik di wilayah ini. Salah satunya dengan memainkan pantun untuk dapat perhatian masyarakat. “Perlu adanya peningkatan dukungan dari pemerintah baik secara moril maupun materil bagi para penyuluh agama Non PNS untuk lebih meningkatkan kualitas kinerja penyuluh di masing-masing wilayah binaannya. Dan peningkatan kualitas kerjasama antara unsur terkait dengan penyuluh agama dalam hal upaya pencegahan dini konflik keagamaan,” ujar Marpuah menutup hasil paparan penelitiannya.
Fikriya Malihah menjadi peneliti BLAJ terakhir yang memaparkan hasil penelitiannya. Dalam penelitian berjudul Madzhab Takfiriyah Menuju Wasathiyah, Peran dan Strategi Penyuluh Agama Islam dalam Dakwah Moderasi di Kota Serang Banten Fikriya menjelaskan paham bahwa paham radikal yang tidak ditangani dengan strategi yang tepat justru akan memicu tindakan ekstrim seperti terorisme. Kendala penyuluh agama saat ini adalah faktor usia, faktor budaya, dan pemahaman terhadap sikap moderat yang berbeda-beda.
Kegiatan Seminar Hasil Penelitian Isu-isu Aktual Bimas Agama dan Layanan Keagamaan ini digelar selama dua hari (27-28/05) di Amaroossa Royal Hotel Bogor. Seminar yang dilaksanakan secara online dan offline dengan protokol kesehatan ketat ini diikuti sekitar 30 undangan yang merupakan perwakilan FKUB, penyuluh agama, organisasi masyarakat, akademisi, peneliti dan pegawai BLAJ. Hadir sebagai narasumber kegiatan ini Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama Nifasri, Akademisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ridwan Lubis, Kasubdit Penyuluhan Agama Islam Ditjen Penerangan Agama Islam Kemenag RI Ahmad Zamroni, dan Akademisi Universitas Muhammadiyah Jakarta Lukmanul Hakim.
Teks: Wiwin, Aris W Nuraharjo/Foto: Gatot