FGD Moderasi Beragama BLAJ: Mendorong Ekonomi Eks Narapidana Terorisme Melalui Filantropi Keagamaan
Balai Litang Agama Jakarta (BLAJ) menggelar kegiatan Focus Group Discussion (FGD) mengenai Moderasi Beragama memperkuat ekonomi pada eks narapidana terorisme yang dilaksanakan di Hotel Swissbellresidence Kalibata, Jakarta, pada Rabu (19/06/2024)
Plt. Kepala Balai Litbang Agama Jakarta, Haris Burhani. Dalam laporan kegiatan, mengatakan bahwa tujuan diadakannya Focus Group Discussion (FGD) ini adalah untuk mendorong pemanfaatan sumber daya filantropi keagamaan moderat serta meningkatkan kapasitas para eksternal dalam kasus terorisme.
“Pemanfaatan sumber daya filantropi keagamaan moderat dan pemanfaatan kapasitas para eksternal kasus terorisme ini memang menjadi konsen Pak Kaban terkait moderasi beragama menjadi fokus utama dalam implementasinya,” ujar Haris Burhani saat memberikan laporan kegiatan tersebut.
Haris juga menambahkan bahwa kegiatan ini mengambil kajian-kajian melalui BRIN yang dikembangkan oleh para peneliti, bagaimana mengimplementasikan kajian-kajian itu dalam FGD yang akan dilaksanakan bersama Baznas dan Densus 88. Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa hasil-hasil dari kajian ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga terwujud dalam tindakan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat.
Menurutnya, yang kita tahu di tengah lalu ada semacam isu atau resiko terhadap penyalahgunaan filantropi keagamaan untuk tujuan terorisme, tetapi di sisi lain, juga telah muncul praktik yang baik dalam memanfaatkan sumber daya filantropi keagamaan dalam Islam, seperti zakat, infaq, shodaqoh, dan sebagainya, untuk mengatasi masalah terorisme. Namun, upaya untuk memberikan perhatian yang memadai terhadap berbagai praktik baik ini masih belum memadai.
Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Suyitno, menekankan pentingnya moderasi Beragama memperkuat ekonomi pada eks narapidana terorisme. Dengan Moderasi Beragama paham radikalisme dapat dihindari dan dapat terjaganya kesatuan dan persatuan.
"Ini adalah era kolaborasi, kita tidak mungkin mengerjakan sebuah proyek apapun bentuknya sendirian. Sekarang bagaimana pelatihan moderasi beragama harus memberikan dampak nyata, baik dalam bentuk reformasi demokrasi maupun riset yang berdampak,” ujar Suyitno.
Menurutnya, fenomena teroris kembali ke Islam moderat dan meninggalkan kelompoknya disengagement untuk memberdayakan mantan narapidana teroris. “Dilakukan melalui edukasi Moderasi Beragama menjadi salah satu kunci untuk meningkatkan kesadaran hukum untuk mencegah penyebaran radikalisme,” tuturnya.
Selain itu, Suyitno menyoroti mengenai patologi sosial yang mengancam masyarakat, termasuk terorisme, narkoba, dan perjudian online. “Bahwa Kementerian Agama memiliki peran krusial dalam mengatasi masalah-masalah ini, dengan berkolaborasi bersama berbagai unit pemerintahan terkait”, tegasnya.
Hadir narasumber Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ahmad Zainul Hamdi. Ia mengatakan memanfaatkan program ini sebenarnya bertujuan untuk memperkuat kembali jaringan yang ada. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memiliki hasil riset yang baik.
Lebih lanjut, ia memberikan dua rekomendasi utama terkait pendampingan dalam pelatihan. Pertama, ia menekankan pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan dan para ahli di bidang keagamaan untuk menciptakan program pelatihan yang komprehensif. Kedua, program intervensi untuk mantan narapidana terdiri dari tiga aspek utama: meningkatkan kesadaran keagamaan, menemukan komunitas baru, dan memperkuat ketahanan ekonomi.
Kegiatan ini menghadirkan para pakar dari berbagai lembaga, seperti para peneliti BRIN, BAZNAS, Diktis Kemenag RI, dan Densus 88.
Kegiatan ini menjadi penting, karena memberikan pemahaman dan pendekatan baru dalam moderasi beragama yang diharapkan membantu mantan narapidana terorisme beradaptasi dan berintegrasi kembali ke masyarakat serta memperkuat ekonomi mereka.