Ekplorasi Naskah Syekh Abdur Rauf As-Sinkili: Kajian BLAJ Ungkap Nilai Moderasi Beragama di Nusantara
Bekasi (BLAJ) --- Moderasi beragama begitu penting untuk kelangsungan kerukunan umat beragama di Indonesia. Menurut sejarah, agama Islam masuk ke nusantara pada abad ke-14 M dibawa oleh para sufi dengan menggunakan pendekatan budaya, mengedepankan nilai lokal dan humanis sehingga Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini tidak terlepas dari peran para sufi zaman dahulu yang menyebarkan ajaran Islam dengan damai. Pada zamannya ulama-ulama menorehkan karyanya dalam bentu manuskrip yang mana isinya sarat dengan ilmu pengetahuan pada zaman dahulu. Hal ini sangat sangat menarik dan perlu dibahas lebih dalam bagaimana peran manuskrip karya ulama zaman dahulu dan keterkaitannya dengan moderasi beragama karena ternyata akar dari prinsip-prinsip moderasi beragama bersumber dari ajaran tasawuf.
Salah satu karya yang menarik untuk dibahas dalam hal penguatan Moderasi Beragama yaitu karya Syekh Abdur Rauf As-Sinkili Aceh. Hal inilah yang menjadi pembahasan Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) dalam kegiatan Penyusunan Hasil Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan “Moderasi Beragama dalam Manuskrip Karya Syekh Abdur Rauf As-Sinkili Aceh” bertempat di Hotel Aston Imperial Bekasi yang berlangsung dari tanggal 1-2 Desember 2023.
Dalam laporannya, Kepala Balai Litbang Agama Jakarta yang diwakili oleh Kasubag TU Hery Susanto, S.S., M.AP mengatakan bahwa moderasi beragama telah menjadi mandat Kementerian Agama RI sehingga kegiatan ini bertujuan untuk merelevansikan prinsip dan nilai dari naskah atau manuskrip yang terkandung terhadap moderasi beragama. Acara dihadiri 40 orang berasal dari UIN Syarif Hidayatullah, UI, UNUSIA, PBNU, BRIN, Manassa, serta staf Balai Litbang Agama Jakarta.
Kegiatan ini diapresiasi oleh Sekretaris Badan (Sesban) Litbang dan Diklat Kemenag RI yaitu Prof. Dr. Arskal Salim GP, M.Ag. dalam sambutannya. “ Ini sangat relevan dengan program yang sedang digencarkan oleh Kementerian Agama RI”, ungkap beliau. Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa moderasi beragama bukan sesuatu yang baru ada sekarang tetapi moderasi beragama merupakan kearifan lokal masyarakat nusantara dan tertuang dalam manuskrip. Selanjutnya ia berharap hasil dari pembahasan kegiatan dapat disebarkan secara luas baik bagi pimpinan, stakeholder, maupun masyarakat secara luas khususnya Generasi-Z (Gen-Z) yang sudah tidak memiliki akses secara langsung dalam membaca sejarah. Media sosial merupakan pilihan yang tepat untuk penyebaran informasi bagi Gen-Z.
Hadir sebagai penyaji makalah Dr. M. Ali Abdillah dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta. Narasumber yang dihadirkan dalam kegiatan ini diantaranya, Dr. Ginanjar Syakban, Akademisi UNUSIA Jakarta dan Dr. Munawar Holil yang merupakan ketua umum Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara) yang membahas temuan hasil, diskusi, dan rumusan kebijakan. Pembahasan berangkat dari rumusan masalah yaitu bagaimana ajaran tasawuf Shaykh Abdur Rauf as-Sinkili menjadi nilai-nilai dasar Moderasi Beragama dan bagaimana rekontekstualisasinya dalam moderasi beragama di Aceh?
Kegiatan ini menghasilkan kesimpulan diantaranya ajaran tasawuf Syekh Abdur Rauf as-Sinkili mengandung nilai-nilai Moderasi Agama yang telah terbukti memiliki pengaruh besar di Nusantara pada Abad ke-17 hingga 19 M mulai dari Aceh, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTB, Buton, Pattani Thailand, Mindanao Philipina dan Trengganu Malaysia. Kemudian juga disampaikan rekomendasi, perlunya Pemerintah Aceh memiliki perhatian serius dalam pelestarian manuskrip para ulama Aceh dengan melakukan restorasi, digitalisasi dan kajian-kajian akademik melihat begitu banyak manuskrip dan peran yang begitu penting ulama Aceh dalam membangun peradaban nusantara. Selanjutnya prinsip-prinsip tasawuf dan tarekat yang dikembangkan oleh Shaykh Abdur Rauf as-Sinkili bisa menjadi inti praktek Moderasi Beragama di Aceh dan yang terakhir perlunya dayah-dayah Aceh untuk menghidupkan kembali apa yang sudah diajarkan oleh Shaykh Abdur Rauf as-Sinkili dan ulama lainnya sehingga asupan ruhani masyarakat terpenuhi.