Tantangan Digital: BLA Jakarta Berupaya Tingkatkan Literasi Siswa Madrasah Aliyah di Era Media Sosial
  • Humas
  • 26 September 2024
  • 34x Dilihat
  • Berita

Tantangan Digital: BLA Jakarta Berupaya Tingkatkan Literasi Siswa Madrasah Aliyah di Era Media Sosial

Gambar

Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) menyelenggarakan kegiatan "Penyusunan Hasil dan Evaluasi Pelaporan Kebijakan Tingkat Cakap Digital dan Ekspose Siswa Madrasah Aliyah Terhadap Konten Negatif di Media Sosial". Acara yang berlangsung di Hotel 101 Jakarta pada Selasa 24 September 2024.

Dalam laporannya, Sekretaris Badan Litbang dan Diklat, Arskal Salim menyampaikan bahwa tingkat literasi digital anak-anak masih rendah di beberapa kota besar. Oleh karena itu, tantangan terkait ancaman digital semakin nyata, karena banyaknya konten negatif yang terus bermunculan. Namun, dengan kemampuan literasi digital yang baik, masalah ini bisa diatasi.

“Saat ini, fokusnya adalah bagaimana kita bisa mengajarkan anak-anak untuk menghadapi konten negatif yang ada di media sosial, terutama dalam aplikasi-aplikasi yang semakin populer, seperti platform berbagi foto dan video,” ujar Arskal

Menurutnya, hal ini merupakan tantangan bagi semua pihak, termasuk orang tua, guru, dan pembuat kebijakan, untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan literasi digital anak-anak muda. Ia berharap di masa depan akan ada tindakan nyata untuk melindungi anak-anak dari dampak buruk konten negatif di internet, sambil tetap mendorong mereka untuk terus belajar dan berkembang di era digital ini.

Hadir narasumber pada kesempatan kali ini Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Slamet Santoso terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia. Dalam sebuah pernyataan terbaru, Kominfo menyampaikan bahwa pihaknya telah menjalin kolaborasi dengan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) untuk melaksanakan pilot project di tahun ini.

“Kami berharap ke depannya kita bisa berkolaborasi lebih luas, tidak hanya untuk mengajari Bapak Ibu Guru, tetapi juga siswa.

Menurutnya, rencana pengembangan program ini untuk tahun depan semakin jelas. Bekerja sama dengan Kementerian Agama, Kominfo berencana memilih pendamping di 13 provinsi untuk membantu guru dan siswa Madrasah Aliyah mengakses materi literasi digital. Para pendamping yang terpilih akan menjalani pelatihan intensif Training of Trainers (TOT) dan mendapatkan sertifikasi sebelum terjun langsung mendampingi proses belajar mengajar.

Lebih lanjut, Kominfo menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) pada tahun depan, guna menindaklanjuti hasil dari policy paper terkait literasi digital. 

Di sisi lain, Direktur GTK Madrasah, Thohib Al Asyhar mengatakan mengatakan bahwa dunia digital bisa diibaratkan seperti hutan belantara, di mana orang pintar bisa tampak bodoh, dan orang bodoh bisa terlihat pintar. Di dunia digital, setiap orang bebas melakukan apa saja tanpa banyak batasan.

“Salah satu program utama GTK adalah kerjasama dengan Kominfo yang melibatkan madrasah. Program ini membutuhkan kampanye, sosialisasi, dan pelatihan teknis mengenai literasi digital untuk para guru madrasah, terutama dalam menghadapi masalah seperti pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol),” kata Thohib Al Asyhar.

Ia berharap BLA Jakarta melakukan penelitian lebih mendalam mengenai kecenderungan generasi Z dan generasi Alpha dalam hal agama. Apakah mereka masih mengikuti ajaran agama atau justru mulai menjauhinya? Program dan langkah apa yang bisa dilakukan untuk membimbing mereka agar tetap menjadi pribadi yang baik dan memegang teguh nilai-nilai agama?

Diharapkan dengan adanya program tersebut guru dan siswa Madrasah Aliyah di Indonesia dapat lebih memahami dan memanfaatkan teknologi digital dengan bijak, sehingga tercipta masyarakat yang lebih cerdas dan tangguh di era digital.