Pentingnya Mengenalkan Generasi Milenial Pada Dunia Filolog
  • 28 Juni 2019
  • 626x Dilihat
  • Berita

Pentingnya Mengenalkan Generasi Milenial Pada Dunia Filolog

BLAJ - Mengenalkan generasi milenial pada manuskrip dan naskah kuno sangat penting untuk menghindari terjadinya discontinuity intelektual. Karena bila ini terjadi, sangat berbahaya bagi kemajuan bangsa.

Hal ini disampaikan Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajeman Organisasi (LKKMO) Muhammad Zain disela-sela kegiatan Balai Litbang Agama Jakarta, Finalisasi Penyusunan Monograf/Katalog Naskah Keagamaan Cirebon  II di Bogor, Kamis (27/06) lalu.

Menurut Zain, agar regenerasi intelektual filolog tidak terputus perlu ada pendekatan atau program khusus yang melibatkan generasi melenial. Tentunya kegiatan ini harus dikonsep kreatif dan menarik dengan ‘bahasa’ generasi milenial. 

“Generasi milenial harus diberi informasi juga kalau bangsa kita ini sebenarnya  kaya akan khazanah intelektual dan manuskrip yang sangat maju di zamannya. Jadi kesan bila mempelajari manuskrip itu gak gaul dan kuno harus kita hapus.  Malah mempelajari naskah kuno atau manuskrip  itu bisa menjadi pembelajaran untuk lebih maju. Ibarat anak panah, semakin kita menarik anak panah ke belakang, semakin jauh dan melesat kencang ke depan.  Jadi, siapa yang menguasai khazanah keilmuan masa lalu, maka  dialah bangsa yang besar,” tegasnya.

Zain mengatakan,  Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan sudah menyiapkan program agar generasi milenial mencintai dunia filolog, khususnya manusukrip dan naskah kuno. Salah satunya dengan mengajak generasi milenial mengunjungi tempat atau destinasi manuskrip kuno Indonesia.

“Dalam waktu dekat kami akan  keliling di 15 provinsi  yang  menjadi tempat atau destinasi manuskrip kuno Indonesia. Kita akan ajak generasi milenial ikut serta. Misalnya kita mendatangi salah satu pondok pesantren. Di situ kita kenalkan dan bacakan manuskrip kuno milik pesantren tersebut. Kita jelaskan juga latar belakang manuskrip tersebut, karangan siapa dan dibuat tahun berapa. Lalu ada satu atau dua baris kata-kata  di manuskrip yang yang mengandung pelajaran kehidupan atau falsafah keagamaan bisa kita ambil (qoute). Kemudian kita minta untuk share ke sosial media mereka. Lantas diviralkan lewat Facebook, Twitter atau Intagram. Sehingga qoute-qoute di manuskrip bisa diketahui teman-teman mereka,” kata Zain.

Dalam kesempatan yang sama, peneliti bidang lektur Balai Litbang Agama Jakarta (BLAJ) Zulkarnain Yani mengatakan pengenalan generasi milenial pada dunia filologi dan seni tradisi lisan mulai dilakukan Balai Litbang Agama Jakarta pada 2017, dengan membedah naskah kuno yang tersimpan di  Museum Sri Baduga, Bandung. Kegiatan diskusi ini melibatkan generasi muda Bandung.  Mereka sangat antusias dan  terlibat aktif dalam membaca dan mendeskripsikan berbagai naskah kuno (Manuskrip) keagamaan.

“Pada tahun 2018, kita juga menggelar Festival Seni Tradisi Lisan Cirebon bagi siswa Madrasah Aliyah di Cirebon dan Subang. Antusiasme kegiatan tersebut bisa dilihat dengan tingginya minat generasi muda Cirebon untuk belajar dan mendalami berbagai seni tradisi lisan Cirebon, “ Jelas Zulkarnain.

Zulkarnain juga menceritakan  BLAJ  pada 2018 juga dilakukan kegiatan pembahasan deskripsi naskah keagamaan Cirebon I, koleksi Keraton Kaprabonan, koleksi Ratu Arimbi Keraton Kanoman, koleksi Rd. Opan Safari Hasyim, koleksi Elang Muhammad Hilman dan koleksi Arjawinangun-Bambang Irianto, yang melibatkan  filolog muda Cirebon.

Pengenalan manuskrip dan naskah kuno (Manuskrip) pada gererasi milenial juga dilakukan juga dilakukan Masyarakat Penaskahan Nusantara (Manasa) dengan melakukan diskusi tentang naskah kuno di kafe atau tempat-tempat berkumpul anak muda.   Menurut Ketua Manasa Munawar Kholil,  diskusi ini dihadiri anak-anak muda yang latar belakangnya bukan dari dunia filolog.

“Kami bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional hampir satu tahun ini melakukan diskusi untuk umum  membahas tentang naskah-naskah kuno. Menariknya, peserta diskusi lebih banyak anak muda dan dari latar belakang yang sama sekali tidak berhubungan dengan filologi. Itu artinya, saat ini sudah banyak anak muda yang tertarik dengan manuskrip atau naskah kuno Indonesia,” kata dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia yang juga membantu BLAJ dalam penelitian monograf dan katalog naskah keagamaan Cirebon. (Teks/Foto: Aris W Nuraharjo)