Pentingnya Evaluasi RMB, Ciptakan Lingkungan Kampus yang Moderat dan Toleran
BLAJ (24/05/23) - Balai Litbang Agama Jakarta menyelenggarakan acara "Validasi Bahan Kebijakan Pengukuran dan Evaluasi Rumah Moderasi di Perguruan Tinggi" di Hotel 1O1 Urban Jakarta. Kegiatan ini merupakan tahap lanjutan dari serangkaian evaluasi yang sebelumnya dilakukan oleh tim dan peneliti, yang telah mengumpulkan data lapangan dan merumuskan draf kebijakan terkait Rumah Moderasi Beragama (RMB).
Hadir dalam kesempatan ini Dr. Samidi, Kepala Balai Litbang Agama Jakarta. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa Rumah Moderasi Beragama sebagai wadah penguatan moderasi beragama untuk melawan intoleransi dan radikalisme sangat penting dalam lingkungan Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, para pimpinan tinggi seperti Rektor-rektor sangat menantikan kebijakan ini unutk penguatan program RMB.
"Tujuan kegiatan ini adalah untuk
memvalidasi bahan kebijakan yang telah disusun oleh tim evaluasi dan peneliti,
sehingga bahan kebijakan tersebut dapat memberikan manfaat dan nilai bagi para
pengambil kebijakan dalam membangun Rumah Moderasi di Perguruan Tinggi," Tambah Samidi.
Dalam acara tersebut, hadir juga Prof.
Suyitno, Kepala Badan (Kaban)
Litbang dan Diklat, yang dalam sambutannya menyatakan
bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi RMB. Pertama, RMB merupakan
lembaga yang baru dibentuk, kedua, RMB tidak termasuk dalam Struktur Organisasi
dan Tata Kerja (SOTK) di Perguruan Tinggi, yang tentunya berdampak pada
pelaksanaan program-program di RMB.
“RMB ini
baru lahir, kemudian tidak ada dalam SOTK di kampus, lalu RMB ini tidak
dimungkinkannya secara legal formal mendapat penganggaran yang legitimate” ungkap
Kaban
Kaban setuju
bahwa evaluasi ini merupakan pendahuluan. Adanya temuan dari evaluasi ini
menggambarkan bahwa penting sebagai starting poin diawal agar dimasa yang akan
datang jauh akan lebih terukur kinerja yang harusnya dilakukan oleh RMB.
"Dari hasil evaluasi ini juga menemukan
hal yang mengejutkan, yaitu sekitar 33 persen dari civitas akademika tidak
mengetahui program RMB di kampus mereka. Bagi saya, ini adalah masalah serius.
Tingkat ini menjadi tolok ukur utama untuk dievaluasi," ungkap Kaban.
Turut hadir dalam acara ini adalah Kepala
Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN, Aji Sofanudin,
serta peserta dari Puslitbang Bimas Agama, Puslitbang Penda, Puslitbang LKKMO,
serta BLA Jakarta dan BRIN.