Melihat Nasionalisme Masa Lalu dari Naskah Keagamaan
  • 1 April 2021
  • 398x Dilihat
  • Berita

Melihat Nasionalisme Masa Lalu dari Naskah Keagamaan

BLAJ - Naskah kuno merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia. Sayangnya  pemahaman masyarakat tentang naskah kuno masih minim, banyak naskah kuno yang dianggap sakral atau bahkan dianggap tidak mempunyai nilai sejarah. Akibatnya, nilai dan kandungan ilmu yang ada dalam naskah, yang berisi berbagai macam pengetahuan, kehidupan sosial budaya,  dan praktik pemerintahan yang tidak bisa dimanfaatkan, padahal masih relevan apabila diterapkan saat ini. 

Hal ini dikatakan peneliti Balai Litbang Agama Jakarta Reza Perwira saat menyampaikan hasil penelitian dalam kegiatan Penyusunan Policy Paper Hasil Penelitian Kajian Nasionalisme dalam Teks Keagamaan di Bekasi, Rabu (31/3).

“Rekonstruksi penanaman nilai-nilai  nasionalisme berbasis teks keagamaan perlu ditanamkan melalui bahan ajar dan buku pegangan penyuluh agama. Elaborasi antara teks-teks  budaya-agama dimungkinkan dapat menjadi penyelamat bangsa dari arus globalisasi,” ujar Reza.

Sedangkan Dadi Darmadi, peneliti dari Yayasan Inisiatif Kebudayaan Jakarta, yang juga menjadi narasumber kegiatan ini mengatakan bila penelitian tentang nasionalisme dalam naskah keagamaan dikaji lebih dalam, akan bisa memberikan rekomendasi pada pemerintah tentang narasi keagamaan apa yang bisa diwacanakan di ruang publik.

“Menurut saya yang signifikan dari penelitian ini adalah dari segi sosial keagamaan untuk merespon kondisi saat ini terhadap perkembangan pemahaman dan sikap pandangan masyarakat umum terhadap apa itu agama, apa itu kebangsaan, apa itu ke-Indonesiaan yang sekarang ini agak diperkeruh dengan berbagai isu radikal,” ujar Dadi yang juga membantu memberi masukan pada peneliti BLAJ dan terlibat sejak awal dalam riset ini.

Dadi memberikan masukan pada peneliti agar riset berikutnya lebih fokus.  Pertama memaksimalkan temuan lapangan dan membaca kembali naskah-naskah keagamaan dengan lebih dalam  untuk mendapatkan hal-hal menarik yang penting dipublikasikan. Kedua, naskah-naskah dari lima wilayah penelitian ini (Kuningan, Cirebon, Bandung, Bogor dan Garut) harus dipertemukan kembali untuk mencari benang merahnya tentang nasionalisme dan kekhasan masing-masing naskah.

Sedangkan Lukman Hakim, akademisi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta mengatakan penelitian ini menjadi penting karena terkait nasionalisme.  Hasil penelitian ini tidak hanya menjadi karya akademik, karena kalo hanya menjadi karya akademik hasilnya tidak maksimal. 

“Karena menurut saya ini merupakan penelitian yang bisa diterapkan. Kalau penelitian lain mungkin agak susah dan terlalu luas. Tapi ini kan tentang nasionalisme, teksnya ada, dan teks itu dari ulama-ulama islam yang juga pahlawan nasional. Hasil penelitian ini tinggal dipertajam. Kalau untuk akademis perlu analisis lebih tajam lagi, dan ini akan bermanfaat. Bentuk laporannya pun kalo bisa dibuat lebih menarik. Misalnya dengan tambahan ilustrasi ada infogarfis. Ini untuk mensiasati pembaca atau masyaratak umum agar bisa mengerti dan menarik untuk dibaca,” tuturnya.

Sebelumnya, Haris Burhani  dari Asosiasi Analis Kebijakan juga menjadi narasumber kegiatan ini  memaparkan tips bagaimana penyusunan policy paper yang baik. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Litbang Agama Jakarta Nurudin, diikuti sekitar 28 peserta yang merupakan perwakilan dari ormas keagamaan, akademisi, serta pegawai BLAJ. 

Teks: Aris W Nuraharjo/Foto: Heri Setiawan