BLAJ Memfinalkan Draft Monograf/Katalog Naskah Keagamaan Cirebon II
  • 27 Juni 2019
  • 627x Dilihat
  • Berita

BLAJ Memfinalkan Draft Monograf/Katalog Naskah Keagamaan Cirebon II

BLAJ - Katalog naskah dalam penelitian dan kajian filologi merupakan kebutuhan yang mendasar, karena di dalamnya menyimpan berbagai informasi mengenai naskah-naskah yang disimpan, baik oleh perorangan (koleksi pribadi) maupun lembaga/keraton/kerajaan/museum. Sehingga dapat memudahkan bagi para peneliti dan pengkaji naskah untuk memperoleh informasi yang diinginkan dengan cepat dan mudah.

Tahun 2016, bidang Lektur & Khazanah Keagamaan pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta telah melakukan “Eksplorasi & Digitalisasi Naskah Keagamaan di Wilayah Cirebon” dan menginventarisasi sebanyak 234 naskah dalam bentuk foto digital disertai dengan beberapa deskripsi naskah . Pada tahun 2018, hasil penelitian tersebut ditindaklanjuti dalam bentuk kegiatan pengembangan berupa Penyusunan Monograf/Katalog Naskah Keagamaan Cirebon I dengan mendeskripsikan 108 naskah.

Kemudian tahun 2019, Tim Peneliti bidang Lektur & Khazahan Keagamaan dari Balai Litbang Agama Jakarta kembali melaksanakan kegiatan Pembahasan Draf Final Kegiatan Pengembangan Penyusunan Monograf/Katalog Naskah Keagamaan Cirebon II yang bertempat di Hotel Sahira Butik Bogor pada tanggal 25-27 Juni 2019.

Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Balai Litbang Agama Jakarta, Nurudin. Dalam sambutan pembukaan ia menyampaikan bahwa Penyusunan untuk katalog naskah Cirebon sudah dilakukan sejak tahun 2016. “Kami memahami nilai-nilai yang terkandung dalam manuskrip dan Khazanah Indonesia. Menyusun Monograf juga mendorong partisipasi publik, dalam konteks keterbukaan informasi. Batapa banyak nilai-nilai yang termaktub dalam naskah kita dan bagaimana kita menginformasikan kembali kepada Masyarakat” ujarnya.

Nurudin menyebutkan bahwa ini merupakan langkah strategis yang cukup luas. Sekurang-kurangnya ini bisa menjadi bahan kajian di kampus-kampus. Selain itu kegiatan ini juga bekerjasama dengan akademisi dan filolog melalui FGD. Memang kegiatan katalogisasi ini perlu dibuatkan aga bisa disusun secara sistematis.

Acara ini dihadiri pula oleh Narasumber Kepala Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi (LKKMO) Muhammad Zain. Ia menyebutkan menyusun katalog jelas sangat penting. “Saya berharap dari 200 manuskrip ini, kira-kira ada satu, dua, atau tiga kalimat yang bisa diviralkan melalui media sosial,” ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa yang paling penting bukan hanya digitalisasi Naskah, tetapi konservasi naskah juga merupakan hal yang penting. Ia berharap tidak cuma 200 naskah Cirebon, tetapi harus lebih massive, kemudian hal ini bisa membawa kemanfaatan kepada Publik

“Mohon Katalog ini disempurnakan dengan cara mencari kandungan yang bermanfaat bagi banyak orang. Tolong dilihat diantara naskah yang 200 ini memiliki kandungan mengenai toleransi, kerukunan, nasionalisme, kesetaraan gender, dll. Supaya memiliki manfaat bagi orang lain.” tambahnya.

Di sesi kedua hadir pula Kasi Pengembangan dan Pengelola HAKI Diktis, Mahrus El-Mawa. Ia mengatakan  bahwa Mengungkap teks dalam naskah kuno dapat melestarikan dan memproyeksi ilmu pengetahuan. “Kebesaran suatu bangsa dapat terlihat dari seberapa banyak teks kuno yang tersimpan dengan amanyag menggambarkan kehidupan pada masanya.” ujarnya.

Mahrus menyebutkan “Saya menemukan tentang peta interpretasi sejarah Islam di Cirebon. Mbah kuwu merupakan peletak pertama Islam di Cirebon. Kemudian dilanjutkan Syiar Islam oleh Sunan Gunung Jati. Berikutnya islam di Cirebon tidak bisa dipisahkan dari pesantren. Kiyai-kiyai di keraton keluar dari keraton dan kemudian mendirikan pesantren-pesantren.”

Ia menyimpulkan bahwa naskah Cirebon sampai hari ini belum memiliki katalog, padahal naskah cirebon ada dimana-mana. Di Pariyangan sudah ada batik yang dibuat berdasarkan naskah-naskah kuno. Dan ia berharap Filologi harus menjadi mata kuliah alternatif. Naskah kuno sangat penting untuk dikaji dan bisa dikaitkan dengan berbagai macam disiplin ilmu.

Pada sesi itu hadir pula Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara Munawar Kholil (Manassa) yang menjelaskan beberapa teknis terkait deskripsi naskah yang baik dan panduan menyusun naskah yang umum. Pembahasan berlangsung hangat dengan antusiasme dan partisipasi perserta lain diantaranya  dari akademisi sejumlah kampus, filolog,  Lembaga Bahasa, dan PNRI, dan pemerhati naskah kuno. (Teks/Foto: Aris W Nuraharjo)